Dasar Keyakinan
Yang namanya keyakinan itu bisa berdasarkan kepada suatu argument, bisa pula tidak. Keyakinan bisa tiba-tiba muncul tanpa sebab yang diketahui. Contohnya, sewaktu kecil saya "ujug-ujug" meyakini bahwa hidup saya pararel dengan diri saya yang hidup di bawah bumi. Saya meyakini bahwa diri saya tidak satu, melainkan banyak. Yang satu di bumi ini, dan beberapa lainnya ada di bumi lainnya lagi.
Saya membayangkan bahwa jauh di dalam tanah yang saya pijak itu ada kehidupan. Di situ ada orang yang serupa dengan saya dan itu memang duplikat diri saya. Bukan hanya itu, tapi ada banyak lagi duplikat diri saya. Keyakinan itu muncul begitu kuat, bukan karena suatu doktrin maupun karena film. Karena waktu saya kecil, jangankan nonton youtube atau bioskop, televisi saja tidak punya. Keyakinan tersebut muncul karena sebuah perasaan seperti De Javu, di mana seolah saya merasakan hidup di tempat lain dengan pribadi yang sama namun dengan situasi dan kondisi yang berbeda, orang tua yang berbeda.
Waktu itu umur saya delapan tahun, belum mengerti yang namanya apa itu logika, apa itu ilmiah, dan bagaimana menguji kebenaran sebuah keyakinan. Apa yang terbayang di dalam pikiran, tiba-tiba saja diyakini sebagai hal benar. Ini disebut keyakinan yang tidak berdasar.
Setelah saya dewasa, setelah saya mempelajari hukum-hukum logika dan ilmiah, saya sadar ternyata keyakinan tanpa dasar itu sering bermunculan dalam benak, bercampur dengan keyakinan yang berdasar. Bedanya, sekarang saya dapat membedakan mana keyakinan yang berdasar dan mana yang tidak berdasar, mana keyakinan yang objektif dan mana subjektif, mana yang realitas dan mana yang fiktif. Hal ini tidak berarti saya menyangkal setiap keyakinan yang tanpa dasar. Ada banyak hal yang saya yakini benar, walaupun saya tidak mengetahui apa dasarnya. Hal itu menjadi rahasia saya sendiri. Karena saya mengetahui, bahwa keyakinan yang layak untuk dipublikasikan adalah keyakinan dengan dasar argument yang kuat.
Dari semua keyakinan yang tidak berdasar itu, bisa dibedakan dengan dua kelompok. Pertama, keyakinan yang bertentangan dengan keyakinan publik. Kedua keyakinan yang tidak bertentangan dengan keyakinan publik. Yang bertentangan dengan keyakinan publik itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu keyakinan yang bertentangan dengan keyakinan publik yang berdasar dan yang tidak berdasar. Keyakinan yang berdasar juga , ada yang bisa diungkapkan dasarnya itu dan ada yang tidak bisa. Jadi, strukturnya seperti berikut.
Keyakinan
1. Keyakinan yang berdasar
1.1. Bisa diungkapkan dasarnya
1.2. Tidak bisa diungkapkan dasarnya
2. Keyakinan yang tidak berdasar
2.1. Bertentangan dengan keyakinan publik
2.1.1. Bertentangan dengan keyakinan publik yang berdasar
2.1.2. Bertentangan dengan keyakinan publik yang tidak berdasar
2.2. Tidak bertentangan dengan keyakinan publik
Sebagian keyakinan saya, tidak saya ketahui sendiri apakah itu bertentangan dengan keyakinan publik atau tidak sampai saya menyampaikannya ke publik dan mendapatkan respon. Sebagiannya sudah saya ketahui sebelum saya sampaikan ke publik, sehingga saya menahan diri untuk tidak menyampaikannya agar tidak menimbulkan terlalu banyak pertentangan.
Menyampaikan keyakinan yang bertentangan dengan keyakinan publik, itu berat risikonya, walaupun keyakinan itu berdasar kepada argument yang kuat, apalagi jika keyakinan yang disampaikan tersebut tidak berdasar, tentu risikonya lebih berat lagi.
Contoh keyakinan tidak berdasar yang bertentangan dengan keyakinan publik adalah "Pada saat Nabi Adam turun ke bumi, nabi Adam tidak sendirian di bumi. Karena bangsa manusia yang hidup sebelum nabi Nabi Adam, masih hidup di bumi. Bahkan manusia yang hidup sekarang ini, tidak semuanya keturunan nabi Adam as."
Konsep keberadaan manusia lain saat Adam as turun ke bumi, muncul di benak saya entah dari mana asal mulanya. Apakah saya pernah membaca hal itu dalam sebuah literatur ? atau apakah saya sekedar mengkhayalkannya ? Entahlah, yang jelas tidak ditemukan dalil aqli maupun naqlinya. Semua itu tidak tertulis di semua bahan bacaan yang saya miliki, jug tidak ada di dalam muqadimah-muqadimah logic, sehingga bisa disimpulkan bahwa itu merupakan keyakinan yang tidak berdasar.
Walaupun tidak berdasar, saya tidak dapat menyalahkan konsep tersebut. Tentu tidak berarti juga membenarkannya. Alih-alih memahaminya sebagai keyakinan yang benar, akhirnya saya hanya memahami hal itu sebagai konsep yang masih menunggu pembuktian, diuji benar salahnya. Karena suatu keyakinan tidak dapat dinyatakan salah hanya karena tidak tertulis dasarnya di dalam bahan bacaan. Juga tidak berarti salah, hanya karena tidak ada argumentnya. Sebuah keyakinan terbukti salah, jika negasi keyakinan tersebut terbukti benar. Misalnya bagi saya, keyakinan tadi terbukti salah, jika tertulis dalam kitab suci bahwa tidak ada yang hidup di bumi, selain Adam-Hawa dan keturunan keduanya. Tapi apakah ada tertulis hal seperti itu dalam kitab suci ? Tidak ada.
Jika "A = Ada manusia yang hidup saat ini bukan dari keturunan Adam", maka A tidak dapat dinyatakan salah, hanya karena A tidak tertulis dalam kitab suci. A terbukti salah (bagi mereka yang meyakini kebenaran kitab suci), jika di dalam kitab suci tertulis bahwa benar -A.
Komentar
Posting Komentar