Parsing Logika

1. Parsing Logika
2. Hukum Azas
3. Enthymem
===============================



1. Parsing Logika
-------------------------------
Setiap susun pikiran terdiri dari tiga term dan tiga proposisi saja. Tidak boleh kurang maupun lebih. Ini merupakan [Hukum Azas] logika. Walaupun dalam sebagian penerapannya, sebagian premis dihilangkan. Cara penggunaan yang demikian disebut sebagai [Enthymem].

Sebagai sebuah contoh, saya ambil salah satu komentar member Grup Logika Filsafat:

Kutipan {1}
----------------- 
makan itu bukan budaya, kebutuhan akan makanan adalah sebuah bentuk kesadaran yang universal sebagai makhluk hidup. tanpa kesadaran yang universal tersebut manusia ga bisa hidup. budaya menurutku ga lepas juga dari faktor geografis, dalam artian budaya ini muncul sebagai bentuk upaya bertahan hidup dengan baik di suatu lingkungan geografi... sayangnya makan tidak dapat dianggap sebagai budaya karena bukan harus dilakukan di suatu lingkungan geografi tertentu untuk bertahan hidup melainkan oleh keseluruhan makhluk hidup/bioma di bumi.
============

Tidak terlihat jelas bentuk-bentuk Formal Syllogisme nya. Untuk dapat terlihat jelas, masing-masing Susun Pikiran harus dikembalikan kepada bentuk formalnya yang saya gambarkan dalam bentuk diagram berikut. 



2. Hukum Azas
-------------------------------
Tujuan : 
1)   Memahami pengertian hukum azas 
2)   Dapat menjelaskan hukum azas
3)   Dapat memberikan contoh syllogisme yang sesuai dengan hukum azas
4)   Dapat memberikan contoh syllogisme yang  melanggar hukum azas
============

Hukum  azas adalah :

1)   Setiap syllogisme hanya terdiri dari tiga term
2)   Setiap syllogisme hanya terdiri dari tiga proposisi

Hukum ini disebut hukum azas karena merupakan azas dari suatu syllogism (susun pikiran). Jika suatu rangkaian pemikiran tidak memenuhi ketentuan dari Hukum Azas ini, berarti tidak dapat disebut sebagai syllogism. 

Contoh : 

1)   Setiap A adalah B
2)   Setiap B adalah C
3)   Jadi, setiap A adalah C

Dalam susunan pikiran di atas :

1)   Hanya terdapat tiga term, yaitu term A,B dan C
2)   Hanya terdapat tiga proposisi, yaitu proposisi nomor 1, 2 dan 3

Dengan demikian susunan pikiran di atas memenuhi criteria sebagai syllogism. 

Contoh lainnya :

1)   Setiap kambing adalah mamalia
2)   Setiap mamalia adalah hewan
3)   Jadi, setiap kambing adalah hewan

Dalam Susun pikiran di atas :

1)    hanya terdiri dari tiga term, yaitu kambing, mamalia dan hewan
2)   Hanya terdiri dari 3 propsisi, yaitu propsisi 1, 2 dan 3

Dengan demikian telah memenuhi criteria syllogisme

Berikut adalah contoh yang melanggar hukum azas pertama :

1)   Setiap A adalah B
2)   Setiap D adalah C
3)   Jadi, setiap A adalah C

Dalam susun pikiran di atas hanya terdapat  3  proposisi, tetapi terdapat 4 term, yaitu A, B, C dan D. Karena itu, susun pikiran di atas tidak termasuk kepada syllogism. 

Contoh yang melangar hukum azas kedua :

1)   Setiap A adalah B
2)   Sebagian B bukan A
3)   Sebagian B adalah C
4)   Jadi, Setiap A adalah C

Dalam contoh di atas, hanya terdapat 3 term, yaitu A, B dan C. Tetapi terdapat 4 proposisi, maka tidak termasuk kepada syllogism.

3. Enthymem
-------------------------------
Tujuan : 
1)   Memahami Pengertian Enthymem
2)   Mengenal 6 bentuk Entymem
3)   Dapat mengindentifikasi Entymem dalam komunikasi sehari-hari
4)   Dapat mengkonversi enthymem ke dalam syllogism formal
===================  

Enthymem adalah Syllogisme tersembunyi, biasa dipergunakan dalam bahasa sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang mempergunakan syllogisme, tetapi ada yang menyadarinya dan ada yang tidak menyadarinya. Belajar Logika berarti upaya menyadarinya. Para Logicer harus dapat mengindentifikasi Konklusi yang diungkapkan seseorang dalam bahasa sehari-hari, serta dapat mengkonversinya ke dalam bentuk syllogisme formal, yaitu yang terkemuka seluruh bagian syllogismenya. 

Sebelum dapat menguji validitas argumentasi seseorang, terlebih dahulu harus dapat mengindentifikasi syllogism dalam pernyataan seseorang. Caranya mudah, yaitu sebagai berikut. 

1)   Menemukan alasan dari suatu pernyataan
2)   Menemukan tujuan dari pernyataan
3)  Menemukan pasangan dari pernyataan

Contoh kasus 1 :

Rijal dan Fulan. 

Fulan berkata, “Kamu harus membela Islam.” 

Rijal, “kenapa ?” 

Fulan, “Karena kamu muslim.” 

Rijal, “Oh, berarti Setiap muslim harus membela islam?”

Fulan, “benar”

Yang dilakukan oleh Rijal adalah mengidentifikasi syllogism dengan mencermati alasan. 

Jika dikembaliikan ke syllogism formal, maka bentuk yang teridentifikasi adalah :

A)   Kamu adalah muslim
A)   Setiap muslim harus membela Islam
A )  Kamu harus membela Islam


Contoh kasus 2 :

Rijal dan Fulan. 

 Dalam suatu perdebatan dengan Rijal, Fulan terdesak argumentasinya, lalu mengutip pendapat seorang ulama, dan lalu berkata tentang ulama tersebut, “Dia itu ulama besar.” 

Rijal berpikir, “apa tujuan Fulan mengatakan ‘Pendapat ini  adalah pendapat ulama besar’. Tampaknya ini premis minor. Dia bermaksud mengatkan , bahwa setiap pendapat ulama besar pasti benar. Jadi, menurutnya pendapat ini pasti benar”

Nah yang dilakukan oleh Rijal itu adalah mengidentifikasi syllogism dengan mencermati tujuan dari suatu pernyataan. Tentu saja, apa yang dipikirkan oleh Rijal itu merupakan asumsi atau dugaan. Untuk memastikannya harus diklarifikasikan. Bentuk yang teridentifikasi adalah :

A ) pendapat ini adalah pendapat ulama besar
A ) setiap pendapat ulama besar pasti benar
A ) jadi, pendapat ini pasti benar

Apabila seseorang mengatakan sesuatu, maka kita perlu memperhatikan, apakah perkataannya itu merupakan anthymem atau bukan ? Jika perkataan itu memiliki alasan, pasangan atau tujuan, maka perkataan itu merupakan enthymem. Maka cara untuk mengetahuinya adalah dengan bertanya "mengapa ?", "Lalu..", dan "Agar"  dengan perkataan yang kedua, kita mengetahui proposisi yang ketiga. Proposisi kedua itu dapat dibedakan ke dalam ketegori Alasan, Pasangan dan Tujuan. 

Contoh-contoh lagi ....

Contoh Alasan : 

Mr. Y : Setiap  A adalah C
Mr. Z : mengapa ?
Mr. Y : Karena setiap A adalah B

Pernyataan Mr. Y yang pertama merupakan konklusi, dan yang kedua merupakan alasan berupa premis minor. Berarti proposisi yang tersembunyi dalam jalan pikirannya adalah "Setiap B adalah C". 

Contoh Pasangan :

Mr. Y : Setiap A adalah B
Mr. Z : lalu ... ?
Mr. Y : Setiap B adalah C

jawaban Mr. Y merupakan pasangan proposisi pertama, disebut premis mayor. Dan proposisi ketiga kita tahu, yaitu konklusinya "Setiap A adlah C".

Contoh Tujuan : 

Mr. Y : Setiap A adalah B
Mr. Z : agar apa ?
Mr. Y : agar A menjadi B

Sebagaimana telah dipelajari sebelumnya, dalam Hukum Azas bahwa setiap syllogisme terdiri dari tiga Term dan tiga Proposisi, tidak boleh kurang maupun lebih. Tapi dalam bahasa sehari-hari, seringkali orang mengungkapkan syllologisme dalam bentuk yang tidak utuh dalam 6 bentuk, sebagai berikut :

1)   Hanya konklusinya
2)   Hanya premis minor
3)   Hanya premis mayor
4)   Hanya Konklusi dan premis minor
5)   Hanya Konklusi dan premis mayor
6)   Hanya Premis mayor dan premis minor

Contoh  :
 Seseorang berkata tentang orang lain yang melakukan tindak korupsi, “
Dia harus dihukum.” 

Pernyataan tersebut hanyalah konklusi. Sedangkan premis minor dan mayornya tidak dikemukakan. Kemudian dia ditanya, "mengapa ?" dia menjawab, "Karena dia koruptor" jawabannya ini disebut Alasan. 

Jika entymem ini dikembalikan ke pada syllogisme formal, maka bentuknya sebagai berikut :

A)   Dia itu koruptor
B)   Setiap koruptor harus dihukum
C)   Jadi, dia harus dihukum

Selain hanya mengungkapkan konklusinya saja, bisa saja seseorang mengungkapkannya dalam bentuk-bentuk Enthymem sebagai berikut :

Dia itu koruptor  (hanya premis minor)

pertanyaan, "lalu apa ?" 

Setiap koruptor harus dihukum (hanya premis mayor)

Jawaban ini merupakan "Pasangan" dari "Alasan". 

Dia itu koruptor, jadi harus dihukum (premis minor dan konklusi)

Setiap koruptor harus dihukum. Sedangkan dia itu koruptor (premis mayor dan konklusi)

Dia itu koruptor dan setiap koruptor harus dihukum (premis minor dan mayor)

lain dengan perkataan, "setiap koruptor itu harus dihukum berat"

lalu ditanya, "agar apa ?" 

"Agar jera dari perilaku korupsi"

jawaban ini disebut tujuan. Apabila dikembalikan kepada syllogisme formal : 

Setiap koruptor harus dihukum berat
Setiap yang dihukum berat akan jera dari perilaku korupsi
Jadi, koruptor harus dihukum berat

Demikian demikian, ketika seseorang menggunakan bahasa Enthymem, kita harus dapat mengenali, premis apa yang tersembunyi. Sehingga kita mengetahui, apa yang harus ditemukan untuk menguji validitas argumennya. 

Ketika orang lain membuat sebuah pernyataan, maka perlu diidentifikasi apakah pernyataan tersebut merupakan definisi, proposisi ilmiah, implikasi, atau syllogism. Jika itu sebuah syllogism, berarti pernyataan tersebut memiliki argument atau pernyataan tersebut merupakan argumentasi itu sendiri,  maka dapat diuji validitasnya dengan hukum-hukum syllogisme. Tetapi tidak semua pernyataan merupakan syllogism, sehingga tidak semua dapat diuji validitasnya dengan hukum-hukum syllogism. Contohnya pernyataan definisi, harus diuji dengan hukum definisi itu sendiri, bukan dengan syllogism. 

silahkan anda berlatih mengidentifikasi entymem dan mengkonversinya ke dalam bentuk syllogisme formal.

Sumber Kutipan: 
------------------------
1. https://t.me/LogikaFilsafat/78058

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Logo Media Logika

Implikasi Bertingkat

Parsing Filsafat