Memilah Pernyataan

Edisi : 30 Agustus 2020, 15:33:49

Setiap pernyataan dapat dipilah ke dalam tiga jenis, yaitu :

1. Definisi

2. Proposisi

3. Kesimpulan


Jika pernyataan itu merupakan definisi, maka dapat diuji sah tidaknya dengan [Empat Syarat Definisi]. Jika itu sebuah [Proposisi], maka dapat dikelompokan kepada dua jenis, yaitu :

1. Proposisi Subjektif

2. Proposisi Objektif

Jika proposisi itu [Subjektif], maka hanya perlu diketahui nilai benar-salahnya saja menurut subjek, yaitu si pemilik pernyataan. Jika itu propsisi [Objektif], maka perlu diketahui parameter yang digunakan untuk menilai kebenaran proposisi tersebut. 

Selanjutnya, jika pernyataan itu merupakan sebuah kesimpulan, maka harus jelas bagaimana metoda penyimpulannya. Apakah kesimpulan itu berdasarkan metoda logika atau ilmiah ? Jika berdasarkan metoda logika, maka mesti jelas premis-premisnya. Adakah premis-premisnya atau tidak ? Dengan memeriksa premis-premisnya, berarti kita berpikir kritis. 


Jika premis-premisnya sudah ditemukan, maka langkah selanjutnya melakukan [Validasi Argumen], untuk melihat apakah argumen tersebut valid atau tidak. 

Berikut contoh dialog saya dengan seorang teman yang menggambarkan bagimana cara memilah pernyataan. 

Teman :  Virus Corona ini sebenarnya konspirasi Yahudi untuk mengikis akidah umat Islam. Lihat faktanya, sekarang jumatan dilarang, kalau shalat berjamaan pun harus renggang. Padahal kan menurut akidah Islam, shalat berjamaan itu harus rapat. Saya yakin, nanti akan ada skenario yang membuat umat Islam dilarang berpuasa. Karena orang-orang Yahudi terganggu oleh cara beribadah umat Islam.

Saya : "Virus Corona adalah konspirasi Yahudi", apakah ini sebuah kesimpulan atau keyakinan. 


Teman : itu kesimpulan. 

Saya : Jika kesimpulan, mana premis mayornya dan mana premis minornya, sehingga muncul kesimpulan seperti itu ? 

Teman : Shalat jumat dilarang. Siapa lagi kalau bukan Yahudi yang ingin kita tidak jumatan. 

Saya : Jadi kerena shalat jumat dilarang, maka kesimpulannya "Virus Corona adalah konspirasi Yahudi", begitu ?

Teman : Iya. 


Saya : Ignoratio Elenchi. 

Teman : Maksudnya apa ?

Saya : Ignoratio Elenchi itu antara premis dan kesimpulan tidak nyambung. Anggapanlah dilarangnya shalat jumat itu merupakan premis minor. Lalu mana premis mayor yang menghubungkan antara premis minor dengan kesimpulan ?

Teman : Saya gak ngerti yang begituan. 


Saya : Maka dari itu man, jangan gegabah mengatakan bahwa itu sebuah kesimpulan, jika kita tidak dapat menguraikan metoda penyimpulannya seperti apa. Kalau tanpa metoda, nanti orang bisa menyimpulkan sesuatu secara serampangan. Contohnya orang melihat Anda boncengan dengan seorang perempuan, lalu langsung disimpulkan bahwa perempuan itu adalah pacar gelap Anda. Apakah orang itu menyimpulkan secara sembarangan atau tidak ?

Teman : Ya sembarangan lah. Siapa tahu itu istri saya atau bisa jadi anak saya. 

Saya : Nah berarti tidak boleh seeenaknya menyimpulkan sesuatu tanpa aturan yang jelas. Anda menyimpulkan corona ini konspirasi Yahudi, itu kesimpulan sembarangan namanya kalau tidak jelas bagaimana aturan penyimpulannya.


Teman : Kalau bukan kesimpulan, tadi itu pilihan lainnya apa ?

Saya : Keyakinan. 

Teman : Nah.. anggap saja itu keyakinan saya, bukan kesimpulan. 

Saya : Kalau itu keyakinan, maka apakah itu keyakinan objektif atau subjektif ? 

Teman : Objektif lah, kan sesuai fakta. 

Saya :  Fakta yang mana ?

Teman : Fakta kita dilarang jumatan. 

Saya : "Yang melarang kita jumatan adalah Yahudi" apakah itu fakta ?

Teman : Ya enggak, tapi saya yakin begitu. Katakanlah itu dugaan saya.

Saya : Berarti keyakinan tersebut bukan fakta, melainkan dugaan. Dugaan itu subjektif atau objektif ?

Teman : Subjektif. 

Saya : Jadi "Virus corona adalah konspirasi Yahudi" itu dugaan yang subjektif ya ?


Teman : ...eu... eu.. bisa aja ya kamu ngarahin pendapat orang ?!!

Saya : Saya tidak mengarahkan pendapat Anda, melainkan hanya memperjelas konsep di balik pendapat Anda itu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Logo Media Logika

Implikasi Bertingkat

Parsing Filsafat