Makna Hidup

Edisi : 29 August 2019, 12:05:39

Hidup ini butuh makna. Ketika seseorang kehilangan makna dalam hidupnya, di situ jiwanya mendapatkan gangguan. Karena itu, setiap orang akan terus mencari makna dalam hidupnya demi keamaan jiwanya dari sesuatu yang dapat mengganggunya. 

Lalu, apa itu makna hidup ? Yaitu tentang bagaimana seseorang memaknai hidupnya. Apa makna hidup ini bagi Anda ? Jika  jiwa Anda merasa aman dan tentram, itu berarti Anda telah berpegang kepada suatu makna dalam hidup, walaupun Anda tidak menyadari apa makna itu. Ketika seseorang kehilangan arah tujuan hidup, di situ dia akan menyadari bahwa dirinya telah kehilangan makna hidup. Namun dia tidak tahu apa makna yang hilang itu dan bagaimana cara menemukannya kembali. Dia hanya tahu ada yang hilang, tapi tidak mengerti apa yang hilang. Yang jelas, sesuatu yang mengusik keamanan jiwanya, itulah yang menunjukan bahwa telah ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya. 

Ketika seseorang merasa dianggap penting, merasa dibutuhkan orang lain, maka dia merasa memiliki tempat di dunia ini. Hidupnya menjadi bermakna karena merasa berguna bagi orang lain. Ketika dia merasa bahwa tidak seorangpun yang menganggapnya penting, merasa tidak seorangpun yang membutuhaknnya, maka di situ dia merasa tidak memiliki tempat di dunia. Makna di dalam hidupnya menjadi berkurang atau bahkan hilang. Dia akan berpikir bahwa tiada artinya lagi hidup. 

Di sini, seolah makna hidup bergantung kepada sikap orang lain, di mana jika orang-orang menganggap kita berguna, maka kita akan mendapatkan makna dalam hidup. Tetapi sebenarnya, makna hidup itu tidak pernah diciptakan oleh orang lain, tidak diciptakan oleh mereka yang menganggapnya berguna atau tidak berguna. Hidup kita, kita sendirilah yang harus memaknainya. 

Lalu bagaimana memaknai hidup kita ? dengan bertafakur. Makna hidup itu dapat diperolrh melalui jalan tafakur, penereungan diri dan alam semesta. "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam terdapat ayat-ayat bagi Ulil Albab, yaitu orang yang selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring, serata memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata ya Tuhan kami, tidaklah engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia".

Tuhan menciptakan alam semesta bukan tanpa arti dan tujuan. Dia tidak pernah menciptakan sesuatu yang tidak penting.  Demikian pula, Tuhan telah menciptakan ruh dan jasad kita bukan karena iseng, melainkan ada maksud dan tujuannya. Bahkan pada saat kita baru saja lahir ke dunia, kita menangis namun kedua orang tua kita tersenyum bahagia. Dan besar arti penting kita bagi orang tua kita. 

Setiap orang tua yang menyayangi anaknya, akan melihat pertumbuhan anak dengan penuh ketakjuban seperti melihat mukjizat. Mereka akan menysukurinya sebagai bentuk anugerah dan kasih Tuhan. 

Besarnya kasih sayang orang tua kepada anaknya, akan sulit digambarkan dengan kata-kata. Mereka akan memperlakukan anaknya bak raja, dilayani kemauan sepenuh hati. Walaupun malam gelap gulita, dengan hujan yang diiringi guntur dan petir, seorang ayah berjalan menembus badai demi mencari obat buat anaknya yang sedang sakit demam. Jiwanya sekalipun akan dikorbankan, demi keselamatan sang buah hati. Sebab dia berpikir bahwa hidupnya tidak berguna lagi, seandainya sang buah hati mendapat petaka. 

Lihat ini contohnya, contoh ayah melindungi anak-anaknya dari reruntuhan : Kekuatan Cinta Seorang Ayah => http://bit.ly/2UdCxNv 

Bahkan seorang ibu telah mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan anaknya. Ini kisah mengharukan para ibu yang berkorban dan anaknya => http://bit.ly/2ZrhPik

Tidakkah kita bertanya, mengapa mereka rela mati demi menyelamatkan anak-anaknya ? Akankah kita melakukan hal yang sama terhadap anak-anak kita ? Sebegitu besarnya cinta orang tua pada anaknya, membuat mereka mengerti besarnya cinta yang diberikan orang tuanya dulu kepada dirinya. Setelah mengerti bagaimana meyayangi anak, seseorang lalu mengerti bagaimana dia disayangi ibu bapaknya. Jika kita begitu besarnya meyayangi anak-anak kita, tidakkah kita berpikir, bahwa sudah tentu Tuhan yang menciptakan kita lebih besar lagi kasih sayangnya. 

Demikianlah kita semestinya memaknai hidup. Sebagaimana anka-anak kita telah dilahirkan dari cinta dan kasih sayang, maka kita pun telah diciptakan dengan cinta dan kasih sayang. 

Saat kita lahir, kita langsung mendapatkan sentuhan kasih sayang. Saat kita dapat melihat warna warni dunia, kita menemukan langit, gunung dan lautan yang indah. Kita dapat melihat semua itu sebagai perwujudan orang tua kita dan leluhur kita. Karena mereka telah menjaga dan melestarikan alam ini untuk kita. Mereka hidup tidak hanya untuk mereka sendiri, tetapi juga untuk kita. Seandainya tidak ada kasih sayang dari leluhur kita, niscaya kita mendapati alam yang rusak, udara yang membuat kita sesak untuk bernafas, dan wabah kelaparan menyerang. 

Kemanapun kita memandang, di situ kita melihat wujud kasih sayang nenek moyang kita untuk kita, maka apakah kita akan hidup demi diri kita sendiri ? Apakah kita menanam padi untuk kita makan sendiri ? Siapa yang lebih kita cemaskan kehidupannya, apakah kehidupan kita sendiri atau kehidupan anak cucu kita ? 

Hidup tidak begitu bermakna bila kita hidup hanya untuk menyenangkan diri kita sendiri saja. Kita telah disayangi dan kita harus menyayangi. Karena makna hidup ini adalah kasih sayang Tuhan terhadap makhlukNya. Barang siapa  tidak menyayangi, maka dia akan kehilangan arah tujuan dalam hidupnya. Itu berarti dia kehilangan makna. 

Kita membutuhkan makna hidup sebagaimana kita membutuhkan kasih sayang. dan makna itu bisa kita dapatkan dengan cara menyayangi sesama makhluk Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Logo Media Logika

Implikasi Bertingkat

Parsing Filsafat