Kehidupan Inderawi

Edisi : 24/04/2020 08:36

Kehidupan inderawi adalah kehidupan yang dijalani pada saat fokus batin seseorang terhadap kebutuhan dan kesenangan inderawi. Gambarannya sebagai berikut.

"Ayah sedang memotong rumput dihalaman, sedangkan ibu memasak didapur. Adik bermain bersama teman-temannya, sedangkan aku duduk diteras depan sambil minum susu."

Itu adalah gambaran kehidupan yang terjadi sehari-hari. Kegiatan memasak contohnya, dilakukan untuk kebutuhan mengisi perut atau untuk kesenangan makan. Adik bermain bersama teman-temannya untuk kesenangannya bersosial. Ayah memotong rumput untuk halaman yang terlihat indah, rapih dan menyenangkan. Sedangkan "Aku" minum susu untuk meraskan kenikmatannya. Ini adalah bentuk kehidupan inderawi.

Kehidupan inderawi yang dijalani oleh seseorang dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama, sebagaimana yang dapat saya amati dalam kehidupan suatu keluarga, dimana selama puluhan tahun fokus aktifitasnya diarahkan pada perolehan kehidupan dunia. Terdorong oleh keinginan untuk memperoleh kekayaan yang melimpah, mereka bekerja keras. Setiap pagi pasangan suami istri itu pergi untuk bekerja dan pulang senja hari. Mereka makan bersama, menonton tv, pergi tidur lalu esoknya menjalankan rutinitas yang sama. Mereka mengukur kemajuan hidup dengan perolehan harta benda. Jika tahun ini harta mereka bertambah, berarti mereka anggap kehidupannya sukses dan maju. Tidak ada bentuk kemajuan lain kecuali hal ini. Inilah contoh kehidupan inderawi yang dijalani dalam jangka waktu yang lama. Hampir semua aktifitasnya bergerak dari satu problem ke problem lainnya dimana semua problem itu hanyalah seputar kebutuhan jasmani atau kesenangan inderawi. Mereka mengira kebahagiaan hidup dapat terpenuhi dengan terpenuhinya kebutuhan akan hal-hal yang bersifat inderawi.

Bandingkan dengan kisah seorang pemuda yang hidup di istana mewah. Dia tidak memiliki masalah soal uang atau kekurangan makanan. Dia anak raja, yang tentu saja kebutuhan sandang dan pangannya. Walaupun begitu ternyata dia tidak bahagia dengan semua itu. Suatu hari dia melihat seekor merpati yang mati ditangannya, lalu timbullah begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. "Mengapa merpati ini harus mati, mengapa saya bersedih atas kematiannya, mengapa kesedihan ini membuat saya merasa begitu sakit?"

Pemuda itu menjadi sangat gelisah dan ingin mencari jawaban atas begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya tentang hidup, tentang kebahagiaan, penderitaan, kelahiran dan kematian. Akhirnya dia pergi meninggalkan istana mewah dan segala kekayaan yang dimilikinya, untuk mencari jawaban yang tidak dapat diperoleh dalam ruang istana yang mewah dengan makanan yang melimpah ruah. Dia keluar dari kehidupan inderawi dan memulai kehidupan baru yaitu kehidupan filsufi.

Demikian pula dalam kehidupan yang kita jalani kita akan mengalami dua fase kehidupan. Pertama fase kehidupan inderawi. Kedua fase kehidupan filsufi. Ketika kita mulai merenungkan segala sesuatu dan berusaha keras menemukan hakikatnya, pada saat itulah kita keluar dari kehidupan inderawi dan memasuki fase kehidupan filsufi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Logo Media Logika

Implikasi Bertingkat

Parsing Filsafat